Oleh: Mas Hery
Publik menaruh harapan baru pada pemerintahan yang bertekad menegakkan good governance. Di tengah upaya pemulihan ekonomi dan penegakan hukum, muncul satu kesadaran: sebelum virus keserakahan menjalar ke dalam kekuasaan,harus segera disingkirkan.
SEBELUM virus menjangkiti tubuh bangsa, harus dienyahkan dari pusat kekuasaan. Sebab ketika kekuasaan terinfeksi, hukum pincang, ekonomi demam, dan nurani rakyat kehilangan arah. Dalam tubuh negara, kekuasaan adalah otak dan jantung yang mengatur seluruh kehidupan bernegara. Bila keduanya tercemar oleh virus keserakahan dan kepalsuan, rakyatlah yang menanggung sakitnya paling lama.
Hari-hari ini, ruang publik kembali bergemuruh. Di tengah derasnya arus informasi, muncul optimisme baru bahwa pemerintahan ini mulai menata ulang fondasi moralnya. Narasi tentang good governance, pemerintahan yang bersih, penegakan hukum, dan pemulihan ekonomi tak lagi sekadar jargon, tetapi mulai menemukan bentuknya.
Langkah-langkah reformasi fiskal yang digagas oleh Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa patut diapresiasi. Upayanya menutup lubang-lubang bocor yang selama ini menjadi saluran kebocoran uang negara menandai babak baru. Dari tata kelola CSR hingga pengawasan anggaran, semua diarahkan pada satu tujuan: mengeringkan rawa tempat korupsi bersarang.
Langkah ini tentu menimbulkan gelombang. Membersihkan sistem berarti mengusik kenyamanan mereka yang sudah terbiasa hidup di zona abu-abu kekuasaan. Namun publik tampaknya sudah muak dengan politik yang penuh kepura-puraan. Kini rakyat ingin bukti, bukan janji.
Purbaya tidak sendirian. Dukungan masyarakat sipil, akademisi, dan pelaku usaha yang jujur mulai mengalir. Mereka melihat upaya membangun keuangan negara yang bersih sebagai pintu masuk bagi keadilan ekonomi. Tanpa fiskal yang sehat, mustahil kesejahteraan rakyat tumbuh dengan adil.
Pemulihan ekonomi tak cukup dengan angka. Diperlukan trust kepercayaan publik terhadap pemerintah. Kepercayaan tumbuh ketika hukum ditegakkan tanpa pandang bulu, bahkan terhadap mereka yang berada di lingkar kekuasaan.
Kita belajar dari banyak episode: reformasi gagal karena setengah hati, perubahan mandek karena kepentingan kelompok lebih kuat dari kepentingan bangsa. Kini peluang terbuka lebar. Bila momentum ini dijaga, Indonesia dapat membalik arah sejarahnya dari negara yang dikuasai oligarki menuju negara yang dikuatkan oleh integritas.
Namun bahaya terbesar dalam setiap perbaikan justru virus yang tak kasat mata: keserakahan yang menyaru sebagai pengabdian, pencitraan yang membungkus kehendak pribadi. Virus ini lebih berbahaya dari korupsi uang, sebab menggerogoti nilai, bukan cuma sekedar anggaran.
Pencegahan korupsi bukan hanya soal aturan, melainkan soal kesadaran. Dimulai dari meja rapat kecil, dari tanda tangan pejabat, dari keberanian untuk berkata tidak di saat yang lain memilih diam.
Kekuasaan bukan untuk memperkaya diri, melainkan untuk menyehatkan negeri. Sebelum virus itu menjalar lebih luas, sebelum sistem kembali lumpuh oleh kerakusan, harus disingkirkan dari kursi kekuasaan demi tubuh bangsa yang kembali sehat dan nurani rakyat yang bisa bernapas lega. (*)
Reviewed by KabarGress.com
on
November 01, 2025
Rating:

Tidak ada komentar: