Sidoarjo, KabarGress.com - Pagi ini mentari baru saja menyibak tirai embun ketika balai desa Cangkring Turi mulai ramai oleh langkah-langkah perlahan para lansia. Wajah-wajah renta yang biasa tertunduk karena lelah usia, hari ini tampak berseri-seri. Ada harapan yang menyala kembali, meski dalam nyala kecil yang sederhana.
Sebanyak 25 orang lansia penerima manfaat datang satu per satu, duduk tenang sembari menanti giliran. Mereka bukan hanya penerima bantuan, mereka adalah saksi hidup dari waktu yang berjalan perlahan namun pasti, menua bersama harapan yang tak kunjung padam.
Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang digulirkan oleh pemerintah desa menjadi angin segar di tengah musim hidup yang kian berat. Bagi mereka, bantuan ini bukan sekadar nominal uang, tetapi sebuah bukti bahwa negara, meski lewat tangan desa, masih punya telinga dan hati untuk mendengar dan merasa.
Kepala Desa Cangkring Turi, H. Mahfud, menuturkan penyaluran bantuan BLT sebagai upaya meringankan beban warga. Dengan senyum sabar dan suara yang tenang, ia menjelaskan bahwa program BLT ini adalah prioritas pemerintah desa dalam menyentuh lapisan masyarakat yang paling rentan.
"Sebagian besar penerima adalah para lansia yang sudah tidak mampu bekerja. Maka sudah sepatutnya kita hadir, memberi secercah cahaya dalam hari-hari mereka," ujar H. Mahfud, didampingi Sekretaris Desa, Rudi Santoso , Rabu (3/9/2025).
Proses pembagian BLT berlangsung tertib, lancar, dan penuh rasa hormat. Tak ada desak-desakan, tak ada keributan. Hanya doa-doa lirih yang terucap, menggantikan terima kasih yang tak mampu mereka ucapkan dengan lantang.
“Alhamdulillah, uang ini akan saya gunakan untuk beli beras dan obat. Terima kasih banyak,” ucap salah satu penerima, dengan suara parau namun penuh keikhlasan.
BLT yang disalurkan kali ini memang terasa tepat sasaran. Bukan hanya karena telah melalui proses pendataan dan verifikasi, tetapi karena benar-benar menjangkau mereka yang hidupnya menggantung pada belas kasih dan uluran tangan sesama.
Ditambahkan, program BLT tidak hanya bersifat sementara. Pemerintah desa tengah menyiapkan langkah-langkah lanjutan agar bantuan tidak sekadar menjadi tambal sulam, melainkan jembatan menuju kehidupan yang lebih mandiri.
"BLT ini adalah awal. Ke depan, kita ingin para lansia dan warga kurang mampu tetap bisa hidup layak, lewat program-program pemberdayaan yang sedang kami rancang," jelasnya.
Di balik setiap lembar uang yang dibagikan, tersimpan harapan agar bantuan ini tak hanya mengisi perut yang lapar, tapi juga menyuburkan kembali keyakinan bahwa hidup ini masih layak dijalani dengan senyum dan rasa syukur.
Desa Cangkring Turi hari itu bukan sekedar membagikan bantuan, melainkan juga merawat nurani. Dalam keheningan usia yang senja, para lansia menemukan bahwa mereka masih berarti, masih dipandang, dan yang terpenting masih diingat. Dan dana BLT ini menurut mereka sangat berarti untuk memenuhi kebutuhan hidup. (Ery)

Tidak ada komentar: